HIMPALAUNAS.COM, JAKARTA - Angklung alat musik yang merupakan khasanah
budaya Indonesia, pada sidang ke-5 Inter-Governmental Committe Unesco di
Nairobi, Kenya, 16 November pukul 16.20 waktu setempat, ditetapkan
sebagai The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of
Humanity.
Direktur Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Tjetjep Suparman, yang juga Pimpinan Delegasi Republik
Indonesia pada sidang tersebut mengatakan, ditetapkannya alat musik
angklung ini sebagai The Representative List of the Intangible Cultural
Heritage of Humanity, merupakan kebanggaan bagi Indonesia.
"Ini membuktikan betapa kekayaan budaya Indonesia untuk alat musik
angklung pantas menjadi warisan budaya dunia tak benda," kata Kepala
Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, I Gusti
Ngurah Putra, Rabu (17/11)
Tjetjep menjelaskan, angklung merupakan rumpun kesenian yang menggunakan
alat musik dari bambu yang berasal dari Jawa Barat. Jenis bambu yang
dipakai biasanya menggunakan awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi
temen (bambu ber warna putih). Setiap nada yang dihasilkan dari bunyi
tabung bambu yang berbentuk wilahan dari ukuran kecil, sedang, hingga
besar, akan membentuk irama lagu yang mengasyikkan.
Asal muasal terciptanya musik angklung tak bisa dilepaskan dari
pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan
dari padi sebagai makanan pokok, yang melahirkan mitos kepercayaan
terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi, pemberi kehidupan.
Kendati muncul pertamakali di daerah Jawa Barat, angklung dalam
perkembangannya, berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke
Kalimantan dan Sumatera.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero
Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi
kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan
angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena tokoh angklung yang mengembangkan
teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda
mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari
berbagai komunitas.
Direktur Pengembangan Bisnis Saung Angklung Udjo, Satria, yang dimintai
komentarnya mengatakan, penetapan angklung sebagai The Representative
List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity, di Nairobi, Kenya,
tanggal 16 November 2010, merupakan momentum yang luar biasa. "Ini
sebuah pengakuan yang pantas kita syukuri dan merupakan momentum yang
luar biasa," tambahnya.
Ia menjelaskan, orang Indonesia cenderung melihat angklung dari fungsi
kebendaannya saja. Padahal, dalam angklung ada banyak nilai-nilai yang
bisa diambil. Dan ini tantangan ke depan, ketika angklung sudah
merupakan warisan dunia tak benda, nilai-nilai lain itu harus lebih
dimasyarakatkan. Tantangan ke depan, lanjutnya, bagaimana angklung
digunakan dalam industri kesehatan, seperti untuk terapi kesehatan dan
banyak nilai-nilai lain yang bisa dikembangkan.(has)
http://himpalaunas.com/artikel/budaya/2010/11/18/angklung-ditetapkan-menjadi-warisan-budaya-dunia